Mengenal rebab sunda sebagai wujud alat musik tradisional, sekarang tetap eksis, digunakan dalam berbagai acara penting. Ternyata punya sejarah sebagai cikal bakal biola.
Alat musik tradisional rebab Sunda kini sudah banyak dikenal orang. Setiap kali ada acara seperti festival jaipong, wayang golek dan lain-lain. Instrumen yang satu ini selalu muncul, ibarat tidak lekang oleh waktu.
Meskipun nama belakang memakai kata Sunda, namun daerah lain di Nusantara juga menggunakan instrumen musik legendaris ini. Sebut saja Madura, Betawi, Jawa Tengah, Jawa Timur dan banyak lagi lainnya.
Poin penting yang perlu diingat, walaupun sama tetapi setiap daerah punya ciri khas masing-masing. Tanpa merubah fungsi asli dari instrumen itu sendiri.
Asal Mula Instrumen
Tidak kenal maka kecil kemungkinan untuk sayang. Seperti itulah kiasan dari rebab Sunda yang mana instrumen ini mempunyai latar belakang sendiri.
Alat musik klasik yang satu ini punya bentuk mirip biola dan cello, karena memang induk dari keduanya. Cirinya ada dua atau tiga tali yang dipakai untuk menggesek hingga menghasilkan alunan nada indah.
Cara memainkan termasuk mudah, pemain hanya perlu meletakkan instrumen di lantai, setelah itu gesek tali senar yang terletak pada bagian belakang.
Asal kata rebab menurut berbagai sumber menyebutkan kalau aslinya adalah rabab yang diambil dari bahasa Perancis dan bermakna sedih.
Seiring berjalannya waktu, nada yang dihasilkan jadi beraneka ragam. Mulai dari genre bahagia sampai marah. Semua itu tergantung dari tema acara dan lagu.
Sejak awal kemunculan tepatnya daerah Cordoba, lambat laun sampai masuk menjadi terkenal di Eropa, sampai akhirnya bermutasi menjadi biola dan Cello. Sekarang orang benua Eropa dan kulit putih lainnya lebih mengenal sebagai dua sebutan baru tersebut.
Instrumen dengan bentuk khas ini masuk ke Nusantara dikenalkan oleh pedagang Turki serta pendatang dari Asia bagian Tengah.
Implementasi alat musik berbahan dasar kayu ini ketika berada di Nusantara, terdapat perbedaan fungsi antar daerah. Jawa menggunakan untuk mengiringi sekaligus menyelaraskan alunan gending, serta mengarahkan nada lagu yang dinyanyikan sinden.
Sedangkan wilayah Betawi memakai rebab Sunda sebagai pengiring pertunjukan wayang kulit, topeng. Lain lagi ketika berada di Riau.
Penggemar kesenian tradisional akan menemukan pertunjukan tari yang mana penari memposisikan diri berhadapan dengan rebab.
Fungsi Instrumen
Rebab Sunda saat berada di daerah asalnya, umumnya dipakai untuk mengiringi alur vokal dari deretan nada yang dipakai pada setiap pertunjukan. Contohnya saja: celempungan, ketuk tilu, tembang khas Cianjuran.
Berikut teknik rincian nada yang biasanya dibawakan oleh pemetik rebab antara lain:
- Merean
Melodi ini disebut sebagai nada awal yang biasa dipakai oleh sinden. Jadi sebelum masuk lagu aslinya. Nada rebab akan masuk lebih awal.
Setelah itu sinden mulai mengikuti setiap alunan nada yang dihasilkan pemetik rebab. Berikutnya melodi lagu sebenarnya mengikuti.
- Marengan
Teknik kedua ini menyuguhkan alunan nada rebab seirama atau disajikan secara bersamaan dengan melodi lagu yang dibawakan sinden.
- Muntutan
Teknik memainkan melodi yang satu ini biasanya ada kombinasi nada khusus pada bagian akhir dari lagu dinyanyikan sinden.
Awalnya pemetik rebab mengikuti arah nada lagu asli dari sinden. Setelah itu dilanjutkan dengan melodi unik.
Sekilas pandang teknik petikan melodi membuat penggemar musik tradisional paham dan lebih menikmati saat pertunjukan dimulai. Pemain instrumen biasanya memilih dari 3 teknik tersebut.
Kesimpulan
Itulah kisah singkat tentang seluk beluk rebab Sunda, tidak hanya dimainkan pada daerah asal. Namun sudah menjelajah Nusantara bahkan mendunia.